ASSUMPTIONS KILL
God, I feel like hell tonightTears of rage I cannot fightI’d be the last to help you understandAre you strong enough to be my man?Tau sebuah teka-teki dimana kita harus menghubungkan Sembilan Titik dengan 4 garis lurus yang tidak terputus (tidak boleh mengangkat pensil/pulpen dari kertas) ? Teka-teki ini bisa dipecahkan dengan membuat dua garis yang memanjang melebih batas yang dibuat oleh titik2 tersebut. Gampangnya, liat gambar di bawah:
Saya sangat yakin kalau kebanyakan orang tidak bisa memecahkan teka-teki ini karena mereka membuat asumsi bahwa kita tidak boleh membuat garis lebih panjang/ jauh dari posisi 9 titik. Asumsi ini jelas salah, karena peraturan teka-teki ini tidak melarang hal tersebut. Yang menarik, dalam hidup kita sering kali membuat asumsi-asumsi seperti ini. Menyulitkan diri kita sendiri dengan halangan-halangan yang hidup dalam asumsi kita sendiri. Kalau asumsi tersebut hanya untuk sebuah teka-teki seperti di atas, mungkin tidak terlalu berbahaya. Tapi bagaimana dengan kehidupan kita yang sebenarnya.
Nothing’s true and nothing’s right
So let me be alone tonight
Cause you can’t change the way I am
Are you strong enough to be my man?
Saya ingat roommate saya ketika ujian thermodynamics and heat transfer semester 2 waktu s1 dulu, membuat sebuah asumsi di dua soal ujian.
Saya: “Eh kar, tadi tricky juga yah soalnya. Mass bendanya di tulis pake huruf gak pake angka. Gue ada kali ngabisin 5 menit nyari informasi tentang massnya. Ternyata di awal soal di tulis one-kg. Gila kalau gak liat itu, gimana tuh ceritanya”
Rumet Saya: “hah? Dikasih toh, gue tadi assume aja kalau beratnya 10kg. Waduh salah dong gue”.
Saya: ..diem aja nggak enak.
Memang ini cuma satu ujian, gak penting, gak ada yang mati karena teman saya salah bikin asumsi. Tapi tetap punya konsekuensi yang lebih besar ketimbang cuma teka-teki.
I have a face I cannot show
I make the rules up as I go
It’s try and love me if you can
Are you strong enough to be my man?
Saya rasa kita memang sangat rentan untuk jatuh ke dalam jebakan-jebakan asumsi seperti ini. Baik asumsi yang membatasi kita atau asumsi yang memberanikan kita untuk berbuat sesuatu hal yang salah. Di pekerjaan saya, di checklist sebelum mengapprove sebuah design ada kata-kata “No unnecessary assumption”. Tapi tetap saja, berpuluh kali kami jatuh ke lubang tersebut. Saya rasa alasannya karena pikiran kita sedikit banyak terbentuk lewat proses hidup kita. Lewat lingkungan sekitar kita (mungkin ini sebabnya kenapa Environment factor affects development of a child). Dan pikiran kita jadi lebih sempit dari semestinya, terbentuk, mengikuti norma, nilai, peraturan dan kebiasaan yang biasanya ada di sekitar kita. Contohnya gampang saja. Saya pernah nonton acara di NG Channel tentang suku yang makan kepompong serangga. Mereka bilang rasanya enak banget. Sementara kita yang tinggal di daerah kota, mungkin mendapati hal tersebut menjijikkan atau ya jelasnya gak bisa dimakan. Dan ini asumsi kita sendiri khan sebenarnya? Kalau kita mau makan, mungkin rasanya enak.
When I’ve shown you that I just don’t care
When I’m throwing punches in the air
When I’m broken down and I can’t stand
Will you be strong enough to be my man?
Seringkali orang bilang bahwa asumsi-asumsi ini yang menghambat kreativitas. Buat saya, persetan kreativitas. Menurut saya, yang lebih berbahaya dari sebuah asumsi adalah kita jarang sekali mengevaluasi resiko yang datang dengan asumsi itu. Alasannya ya karena biasanya kita terdorong dengan rasa bahwa asumsi itu adalah benar. Sekali lagi, lingkungan kita memberi sebuah ilusi bahwa yang kita yakini itu adalah benar. Jadi kita sering kali tidak merasa perlu mengevaluasi apa bila asumsi kita salah, apa yang akan terjadi.
Satu hal yang saya kagumi dari team leader saya sekarang ini adalah dia hampir tidak pernah membuat asumsi yang tidak semestinya. Dan saya belajar banyak dari dia tentang hal itu. Kadang, dia sedikit berlebih dengan membuat asumsi-asumsi yang terlalu mengikat, tapi saya mengerti karena yang terpenting dari pekerjaan kami bukan kreativitas untuk menyelesaikan masalah, tapi menghasilkan sesuatu yang reliable. Risk-averse is one of the most important aspects in our jobs.
Lie to me
I promise I’ll believe
Lie to me
But please don’t leave
[Strong Enough; Sheryl Crow][1]
Saya kadang memandang pekerjaan adalah salah satu sarana latihan kita untuk berpikir dengan sistematis dan strategis dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Ide dan rencananya memang sudah ada, tapi saya sering gagal dalam pelaksanaannya. Rasanya saya memang cukup stubborn atau memang tidak terlalu pandai beradaptasi dengan perubahan di lingkungan saya. Walalupun saya tau teorinya dengan tepat, kenyataannya dalam eksekusinya saya masih sering ceroboh. Saya baru saja menapak tilas hidup saya dan saya sadar saya banyak sekali membuat asumsi-asumsi bodoh dan tidak benar. Mungkin karena saya terlalu excited, mungkin karena saya memang terlahir ceroboh atau karena jalur komunikasi yang tidak efektif. Whatever the reason is, I just fully realized the full danger of making unnecessary and incorrect assumption. Maybe, I need to stop making assumption whenever possible. But I guess it will be very hard to do so.
Catlio
2 Gul Circle
[1] One of all-time favourite songs. I fell in love for this song at the first time I saw and heard the Music Videos on MTV. Sheryl’s face seems so tired and frustrated suit the lyrics of the song perfectly.