TENTANG MEMINTA DAN MEMBERI MAAF
Gak ada yang lebih pas selain menulis tentang kata 'maaf' di malam takbiran. Setidaknya buat saya pribadi ada tiga alasan yang tepat, besok adalah hari dimana kita akan mengucapkan kata 'maaf' sebanyak-banyaknya dalam satu tahun [1], sebuah tulisan berjudul 'berserah' oleh teman saya yang intinya juga proses memberi maaf [2] dan satu bulan istimewa kemarin yang saya lalui dengan mencoba mengerti lebih baik tentang meminta dan memberi maaf [3].
Saya sudah menulis berulang kali di blog ini langkah-langkah yang menurut saya adalah cara yang paling baik dalam meminta maaf. Satu bulan kemarin, saya mencoba me-refine langkah-langkah ini lebih baik. Saya sadar bahwa selama ini saya melupakan sebuah langkah penting dalam sebuah proses permintaan maaf. Saya lupa bahwa sebelum melakukan sebuah langkah konkret, kita harus mempersiapkan diri untuk melewati proses itu. Semua berawal dari niat, begitu agama saya mengajarkan. Saya sebut langkah itu, step 0.
Ketika kita hendak meminta maaf, menurut saya, alangkah baiknya kalau kita menyadari secara penuh tentang kesalahan kita tersebut. Langkah ini mungkin tidak sesuai jika kita tidak ingat/ sadar dengan kesalahan yang kita perbuat. Tapi jika kita mengerti dan sadar bahwa kita telah menyakiti hati manusia lain, kita seharusnya mengerti apa yang kita buat salah, mengapa itu menyakiti hati orang lain dan apa efek kesalahan kita terhadap orang lain. Langkah ini membuat kita mengerti apa yang harus kita lakukan, membuat kita mengerti akan posisi kita yang telah menyakiti dan memberi kita semangat untuk tidak menyerah saat kita mencoba memperbaiki kesalahan kita. Caranya? gampang, tanya saja sama diri kita sendiri, apa salah kita. Selama kita masih terlalu congkak untuk bisa menulis daftar kesalahan kita, langkah ini belum dimulai.
Langkah kedua jelas meminta maaf atas kesalahan itu. Jelas tanpa langkah pertama, langkah kedua cuma jadi semacam ucapan tidak bermakna. Manusia, pada dasarnya bisa merasakan simpati untuk orang lain. Kita bisa merasakan kesungguhan dan ketulusan sebuah permintaan maaf. Dan biasanya kesungguhan dan ketulusan itulah yang mampu menggerakan hati untuk memberikan maaf. Berapa kali kita sebal dengan orang-orang yang mengucap maaf dengan mudah tapi terlalu congkak untuk meminta maaf dengan serius atau tidak melakukan apa-apa dengan maafnya. "Aduh maaf ya, gue telat 2 jam nih, soalnya tadi kucing gue agak rewel pas gue tinggal" dan janji berikutnya dia telat 2,5 jam. Sampaikan maaf setulusnya dengan menyadari posisi kita sebagai orang yang menyakiti, sampaikan langsung kepada mereka yang kita sakiti bila mungkin. Tidak ada gunanya minta maaf pada Purchasing Division kalau kesalahan kita berpengaruh pada routing Manfucaturing Engineer, khan?
Langkah ketiga, betulkan. Kadang reruntuhan itu tersisa, buat kita benahi dan perbaiki. Reruntuhan itu tidak akan lagi sama, seperti vas bunga yang pecah lalu di rekatkan kembali atau pagar kayu yang telah tertancap paku. Tapi jangan anggap itu hal yang sia-sia, perbaiki kesalahan itu karena itu sebagian dari ketulusan permintaan maaf kita. Jangan terlalu pikirkan yang sudah lewat, pikirkan saja yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki atau mengurangi sakit yang telah kita akibatkan. Saya selalu mendapati mereka, engineer baru di kantor saya, terdiam dan sedih ketika mendapati mereka telah membuat kesalahan. Saya selalu menepuk pundak mereka dan berkata ,"Everyone makes mistake, we are no different. BUt the way we handle our mistakes, our acceptance, and our attitude to fix the mistakes are things that distinguish us from others".
Terakhir, jangan ulangi kesalahan yang sama. Hargai mereka yang sudah kita sakiti dengan belajar dari kesalahan itu. Mereka titik penting dari hidup kita untuk belajar, bukankah mereka sangat baik? Mereka disakiti dan memberi kesempatan kita untuk belajar? Seharusnya, kita tidak menyia-nyiakan waktu, hati dan , mungkin, air mata mereka. Just do not repeat the same mistake.
Dan sekarang, memberi maaf. Peter Parker's Grandfather told him ," With great power comes great responsibility". I always feel that when someone hurt you, your position is brought up to a higher level by God. You are in the position where you have a chance to be closer to God and determine the happiness of the person that hurts you. Jika yang menyakiti kita adalah seseorang yang benar-benar tulus, kita mengambil senyum asli dari wajahnya jika kita tidak mampu memaafkannya. Mereka akan ingat akan kesalahannya dan tidak akan bisa bahagia jika mereka tau kita masih sedih akibat ulah mereka. Dan seseorang pernah bilang ,"jika kita bisa ikhlas memaafkan kesalahan yang terbesar, Tuhan akan mengangkat derajat kita karena kita sudah lulus sebuah ujian besar". Mungkin dia benar, walaupun saya yakin tidak ada satupun manusia di dunia ini yang berhak menyakiti manusia lainnya dengan tujuan memberinya kesempatan untuk menaikkan derajat.
Memaafkan jauh lebih sulit daripada meminta maaf. Ikhlas, itu intinya. Dan ikhlas bukanlah sebuah hal yang mudah untuk dicapai. Berserah kalau kata teman saya. Sabar, karena proses memaafkan bukan seperti proses membuat kopi instant yang cuma memakan waktu tidak lebih dari 2 menit. It's a long process, it's a process to make peace with yourself, your heart and your brain.
Dimanapun posisi kita, yang terpenting adalah tulusnya niat kita, baik dalam memaafkan dan meminta maaf. Dan juga berdoa, supaya mereka, yang berada di posisi sebaliknya, juga tulus menjalani prosesnya.
To close this post, saya mau menyampaikan permintaan maaf lahir batin yang setulus-tulusnya untuk semua orang yang pernah saya sakiti baik saya sadari ataupun saya tidak sadari. Kalau ada yang sulit untuk mengikhlaskan, kasih tau saya saja kalau ada yang saya bisa lakukan untuk memperbaikinya saya akan coba lakukan.
Saya juga akan mencoba sebaik-baiknya memaafkan semua yang pernah saya rasa menyakiti saya. Dan juga saya ucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1429 H.
CatlioPondok Kopi [4][1] Ada yang tau dasar hukumnya? Apakah ini sebuah tradisi atau ini memang dicantumkan dalam kitab suci?
[2] It inspired me.
[3] Alasan kenapa cuma satu acara buka puasa bersama yang saya hadiri.
[4] My first post from my real home.