MENGEJAR MATAHARI
- Buat mereka yang bertanya, ini jawaban saya-
Kalau suatu hari nanti saya meninggalkan dunia ini, saya berharap saya akan dikenal untuk semangat juang saya. Saya ingin dikenal bahwa saya tidak pernah menyerah sampai titik dimana saya yakin bahwa takdir sudah menggariskan bahwa usaha apapun tidak akan pernah cukup. Sejak kecil, ibu saya seperti membacakan mantra berulang-ulang bahwa kalau saya berusaha pasti saya bisa. Sepertinya, ucapan ibu saya, seperti doa beliau, mengirimkan gelombang getaran terus menerus yang jadi menopang diri saya selama ini.
Tentunya saya mau 'dia', my special someone, sebagai salah seorang yang paling penting dalam hidup saya, akan menjadi salah satu simbol yang mengingatkan saya tentang semangat juang ini. 'Dia' akan jadi hal paling berharga buat saya, tentunya perjuangan saya untuk mendapatkan dia harusnya akan menjadi klimaks dari semua usaha saya.
Buat saya, perjuangan tersulit itu adalah perjuangan mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan nafsu, malas, tinggi hati demi menjadi seorang yang lebih baik. Mengalahkan diri sendiri bukan berarti merubah diri sendiri menjadi orang lain untuk mengikuti norma dan nilai yang berlaku, atau seseorang yang conforming. Tapi dengan meresapi nilai-nilai yang menurut diri kita sendiri lebih baik.
Menurut tanggal lahir saya, saya seorang libra. Sebuah horoskop dengan lambang timbangan. Adil. Dan nilai ini adalah nilai yang saya junjung tinggi selama hidup saya. Sepanjang 28 tahun hidup saya, saya tumbuh bersama orang-orang yang mengajarkan saya bahwa adil itu berarti ketika orang lain memberi A kita harus membalas A. Lalu saya mulai mengaitkan segala kejadian dunia ini kepada nilai Adil tadi, lewat proses karma misalnya. Ini juga menyebabkan saya punya minat yang sangat tinggi akan cara membuat keputusan yang baik dan benar. karena saya yakin keputusan yang baik akan berbuah hasil yang adil, ketika usaha kita sesuai dengan hasil yang kita dapat. Logika dan otak saya, saya gembleng habis2an untuk bisa menghasilkan keputusan2 yang baik.
Beberapa tahun yang lalu, saya mulai menyadari mungkin ada nilai yang lebih baik ketimbang adil. Ikhlas, mungkin mempunyai tempat yang lebih tinggi. Mengerti bahwa adil adalah hak kita, tapi ikhlas adalah sebuat perbuatan yang membawa kita ke sebuah posisi yang lebih tinggi sebagai manusia. Sedikit demi sedikit saya mulai belajar tentang ikhlas, tapi darah dan daging saya terlahir dengan adil sebagai nilai utama, dan saya butuh waktu untuk mencerna. Kesempatan untuk belajar datang berulang kali, saya melewatinya dengan nilai 0 besar. Lalu saya ingat, T pernah bilang "hidup nggak seperti sekolah, kalau fail harus ambil lagi sampai lulus".
Lalu 'matahari' saya datang, dan saya mengerti kalau memang ada satu orang yang akan bisa merubah saya itu dia. Karena saya tidak punya pilihan selain melewati ujian saya dengan baik demi dia dan saya. Kenapa?
Karena dia matahari saya. Dia memang belum menjadi poros dunia saya, tempat jagat raya saya berputar. Itu sebuah konsep bodoh yang saya punya. Siapapun yang jadi poros dunia saya, akan merasa keberatan menanggung satu dunia saya. Itu cuma akan menakuti siapapun yang saya janjikan dunia saya, kecuali kami membangunnya bersama. Dia matahari saya. Dunia saya tetap berputar tanpa dia, Dunia saya memang berjalan tanpa dia. Saya tetap punya tujuan hidup. Saya juga akan tetap tersenyum dan tertawa.
Tapi dia matahari saya, yang menyinari dunia saya, yang membuat dunia saya indah karena saya bisa melihat warna-warni dunia. Yang menghangatkan dunia saya, yang menjadi sumber kekuatan saya. Waktu dia di sisi saya, dunia saya menjadi hidup seutuhnya lewat semua emosi yang ada, takut, kecewa, sedih, gembira, berharap dan cinta. Dan satu waktu nanti, dia akan jadi pusat semesta saya
Catlio
My first post from Scheuen, Celle