LUPA
Ia diberi nama LUPA oleh kedua orang tuanya dengan harapan dia tidak mewarisi kekuatan ingatan yang dimiliki oleh orang tuanya. Kedua orang tuanya menyadari secara baik mengapa mereka tidak menghendaki sang anak memiliki kekuatan memori yang superior.
Sayang sekali itu hanya harapan hampa dari kedua orang tua. LUPA tumbuh menjadi seorang yang yang punya kekuatan ingatan luar biasa. Bahkan melebihi kedua orang tuanya sekalipun. LUPA ingat persis nilai nilai ujian matematikanya semester lalu, hapalan pelajaran agama dan moral, skor pertandingan klub kesayangannya juga jalan jalan dikota kelahirannya.
Ia ingat persis letak, bentuk serta arah jalan di kota kelahirannya. Ia ingat betul kalo jalan di rumahnya bukan jalanan aspal tapi jalan tanah yang becek serta kotor. Tanah yang memberikan bercak kotor pada kaki yang melintasinya.
LUPA ingat kalau dia selalu berjalan di trotoar sebelah kanan jalan. LUPA ingat siapa saja yang berjalan beriringan dengannya disisi jalan yang sama. LUPA ingat semua muka yang memilih jalan di sebelah kiri, bersebrangan dengan jalan yang ia pilih. Ia juga ingat siapa saja yang mencibir padanya karena ia memili jalan yang bersebrangan dengan mereka. LUPA juga ingat siapa saja yang melintas dari kanan ke kiri. Siapa saja yang melitas dari kiri ke kanan. LUPA ingat pada semua bercak yang menempel di kaki mereka.
LUPA tidak perduli apakah jalan kanan atau kiri yang benar menurut peraturan pemerintahnya. Ia cuma ingat siapa yang berjalan beriringan dengannya.
LUPA ingat semuanya. Dia cuma lupa satu hal. Kalo Tuhan menciptakan kata maaf pada setiap peradaban yang berbudi luhur. Dan tidak ada satupun peradaban itu yang lupa mendefinisikan kata maaf pada setiap kamus bahasa mereka.
Hall of Residence 2, 3 July 2003 diiringi sinetron di tipih.