LONG DISTANCE - WHY?
- Satu malam sebelum My Masayu datang, kami berempat, saya bersama ndil, ndel, dan ndul [1], duduk santai di Pacific Coffee berbincang tentang hubungan kami masing-masing -
Bermula dari kelelahan seseorang akan jarak, lalu rencana ke depan untuk menghilangkan jarak tersebut. Dan saya memulai topik menarik dengan memberikan ungkapan konyol ," ya, kalo gue sih emang lagi maunya jarak jauh". Tentunya pernyataan ini akan ditanggapi dengan "kenapa?". Bahkan seekor serangga yang paling cuek di hutan amazon ini pun akan bertanya kalo ada orang bodoh yang buat statement macem ini. Orang bodoh yang memilih suara telpon ketimbang hangatnya pelukan dan lembutnya sinar mata kekasih hati.
Saat saat seperti ini
Pintu t’lah terkunci
lampu t’lah mati
Kuingin pulang
Tuk segera berjumpa
denganmu
Waktu waktu seperti ini
Di dalam selimut
harapkan mimpi
Bayangan pulang
Tuk segera berjumpa
denganmu
Long Distance means a big struggle or fight. Dua tahun lalu, saya sudah capek berusaha,menyadari bahwa ada kuasa yang lebih besar yang akan menentukan semuanya. Oleh karena itu, saya menguji takdir saya. Long distance most of the time requires more sacrifices than short distance relationship. Saya berkeyakinan saat itu, dia yang mampu menjalaninya sama saya, dia yang memang mau berjuang bersama saya sampai akhir. I let nature select the right one for me.
Kuingin kau tahu
Kubergetar merindukanmu
Hingga pagi menjelang
Saya menambahkan kalau saya memang bukan orang yang pandai mengatur keseimbangan waktu. Saya punya mentality 'gung-ho' untuk semua yang saya lakukan. Dua tahun lalu, saya memulai karir saya dan untuk itu saya harus sangat fokus dengan pekerjaan saya. Saya juga mulai belajar lagi. Jika my special someone here, saya tahu saya pasti selalu ingin menghabiskan waktu dengan dia, mengurangis determinasi saya atas kerja dan belajar saya. Saya jadi ingat teman saya yang melupakan pekerjaannya karena dia jatuh cinta (gimana Toyota Rush,man?).
Sesaat mata terpejam
Tirai imagi membuka
Semakin ku terlelap
S’makin jelas hangat senyuman
Tak ingin terjaga sampai aku pulang
Sesaat mata terpejam
Bintang bintang menari indah
Iringi langkahmu rangkai mimpi yang s’makin dalam
Tak ingin terjaga sampai
Aku pulang
[Ingin Pulang, Sheila on 7]
Belum lagi, dari pengalaman saya sendiri, gak banyak mereka yang punya hubungan jarak dekat, bisa stand-up untuk teman-teman mereka yang selalu ada di sana. Pacar saya jauh aja, saya suka susah menemukan waktu buat Anugerah saya, apalagi kalo pacar saya dekat. Saya tumbuh dengan bantuan beberapa orang yang menolong saya setiap saya mereasa tidak berguna, sedih dan cuma punya balance tidak sampai satu dollar di bank saya. Dan saya tidak sampai hati untuk bisa menolak mereka untuk mungkin sekedar minum kopi karena alasan saya ada janji dengan pacar saya. Dan saya juga cukup sadar bahwa orang-orang terdekat saya belum tentu merasa nyaman dengan pacar saya (well, saya bukan paket McDonald yang harus datang dengan fries dan coke). Saya sadar akan hal ini karena my tripod legs adalah mereka yang berani mengatakan kalau saya penting buat mereka dan saya berhak atas waktu mereka, bukan saja waktu saya sedih dan menangis tapi juga untuk waktu2 trivial seperti makan Indomie.
It's tiring and sometime depressing (ah berlebihan) terutama waktu-waktu seperti ini ketika baru selesai bertemu dengan pasangan dan memulai kembali hubungan jarak jauh(somboooong...pameeerr baru ketemu pacarr), hubungan dengan dinginnya ketikan email, dengan "lame"nya suara di telpon. But it just like any other fight or struggle, in the end, when you are succeed, it tastes much sweeter. When you failed, if you give your 100%, you still can stand and proudly say, "I fight for my love till the very last drop".
CatlioMiss My Masayu
[1] Kurang Nugrah deh.