EMERGENCY
Minggu ini saya harus mendesign sebuah sistem emergency untuk sebuah proses oil drilling. The design is tedious. Ketika saya berkonsultasi dengan boss saya, dia dengan mudah menspot kesalahan2 saya. Sedikit kesal, saya bertanya, "Do I have to really design this thing?". Dia menjawab sebetulnya kemungkinan alat ini akan di run kurang dari 5%. Lalu saya bertanya ,"ah then why I have to spent so much time on designing this?". Coz there is still 5%. Saat itu saya keluar dari kantornya dengan sedikit menggerutu. Tapi beberapa setelah itu, saya teringat sesuatu dan kembali membetulkan segala kesalahan saya dengan semangat.
Kadang dalam hidup, kemampuan seseorang dinilai dari kemampuannya untuk mendeviate dari plan A ke plan B bahkan ke plan C. Beberapa orang adalah true survivor, sangat adaptable untuk berpindah dari satu plan ke plan lainnya. Dan saya sangat terkesan dengan orang-orang seperti itu. Kemampuan untuk beradaptasi ini selain ditentukan kemampuan individu tersebut, biasanya juga ditentukan ya seberapa bagus our emergency plan or plan B.
Membuat plan B tentu saja lebih sulit dibanding membuat plan A yang merupakan rencana ideal kita. Biasanya. menyiapkan rencana ini juga tidak mudah, karena kita harus menyiapkan rencana ini sembari kita menyiapkan rencana A. Lebih sulit lagi kalau kita memang sangat terfokus dengan persiapan kita untuk plan A. Karena terlalu fokus, terkadang kita terlupa akan keberadaan plan B, dan tanpa sadar melupakannya sekaligus.
Working for a field where everything has to be dummy proof and every failure may cost million of dollars, my ability to accomodate for the unexpected is tested. Unconsciously, I bring this habit to my life. Always asking, what could go wrong and what should I do if this go wrong? [1]
Di sekitar saya, sebetulnya banyak sekali kejadian dimana keyakinan yang terlalu tinggi malah membuat teman-teman saya terjatuh cukup keras. Well, saya bukan orang yang tepat untuk menilai apakah mereka bertahan sekarang karena kemampuan survival mereka yang kuat, emergency system yang baik atau keberuntungan belaka, saya cuma bersyukur mereka mampu bertahan. Pertanyaan saya sekarang adalah will they have the same confidence level and repeat to build the same emergency system they have previously? or They will be more carefull and start to build a better emergency system to increase the safety level? Dengan pengalaman mereka untuk survive sebelumnya, bukan tidak mungkin mereka lebih yakin akan bisa melaluinya kalau hal buruk terjadi lagi. Kalau ini yang mereka pikir, tentunya mereka akan opt for the former. Cuma kalau mereka lebih ingat pepatah bahwa cuma orang dungu yang jatuh ke lubang yang sama dua kali, ya tentunya mereka akan opt for the latter.
I do not know the answer I'll just be here to sit back, relax and watch their ability to hope for the best and prepare for the wors. Buat saya sendiri, saya punya tripod legs saya [2]. Emergency system saya, yang menopang when things get rough.
- Catlio -
Sofa bercorak kotak-kotak
[1] Ini tidak berarti saya mendukung sepenuhnya bahwa "sebelum punya sepatu baru, sepatu lama jangan di lepas dulu", if you know what I mean.
[2] why tripod? Coz three-legs structure is the most stable structure. Two legs structure will sway to the side. Four legs structure? INget gak kalo kita harus nyelipin segumpal kertas untuk menopang meja makan kita yang suka tinggi sebelah?