- I just couldn't get this out of my head. I hope one day I may have a chance to say all of these in front of them -
Oom dan Tante,
Saya Bimo. Iya, yang suka menelpon handphone ke Tya malem2. Iya, saya yang satu2nya pernah menelpon ke rumah sejak Tya kuliah. Iya, saya yang sekolah di Singapore, kawan Hanif dan Ivan. Iya, saya yang beberapa fotonya ada di laptop Tya.
Oom dan Tante,
Saya tahu kalau dari segi "fisik" pastinya saya bukan yang terbaik dari semua yang pernah mendekati Tya. Saya tidak tinggi, tidak putih dan tidak berkacamata. Saya tidak pernah dikenal di lingkungan saya karena rupa saya. Saya tidak tahu berapa banyak dari orang yang pernah dekat dengan saya memilih dekat karena rupa saya. Mungkin tidak ada.
Tapi saya berjanji, saya akan menyayangi Tya. Sama saya, Tya tidak perlu khawatir tidak akan dihargai, Tya tidak perlu khawatir untuk dikhianati, Tya tidak perlu khawatir akan disakiti. Saya akan menyayangi Tya, sekalipun Tya menyakiti saya. Buat saya, menyayangi itu ibadah. Buat saya, membuat orang lain bahagia itu salah satu tujuan kita diciptakan di dunia.
Oom dan Tante,
Saya tahu kalau dari segi "materi" pastinya saya juga bukan yang terbaik dari semua yang pernah mencoba dekat dengan Tya. Saya dibesarkan di keluarga yang berkecukupan kalau tidak mau dibilang kurang. Tapi dibalik itu semua, ayah dan ibu saya memberikan hal lain yang lebih berharga. Ayah saya mengajarkan saya disiplin. Ayah saya mengajarkan saya mencintai belajar. Ayah saya mengajarkan saya memperlakukan wanita. Ibu saya? Ibu saya Tuhan saya di dunia ini. Karena ibu saya yang memberi sejuta kasih sayang yang membuat saya mampu bertahan gemblengan ayah yang keras dalam rangka menjadi seorang manusia yang bisa membanggakan. Saya juga belum punya apa2. Saya baru akan mengumpulkan rupiah saya yang pertama. Butuh waktu sampai saya punya sesuatu yang bisa saya banggakan.
Tapi saya janji, saya mau berusaha keras, membanting tulang dan menguras energi saya jika oom dan tante mengijinkan saya untuk menjaga Tya. Saya akan berusaha mencukupinya, seperti oom dan tante mencoba mencukupi dan menjaga dia.
Oom dan Tante,
Saya juga bukan yang paling "pandai" yang pernah mencoba mendekati Tya. Saya tidak lulus dengan predikat first class honour. Saya tidak lulus dengan predikat terbaik ketika sma. Saya juga bukan orang yang tau semua hal. Saya bukan orang yang tau siapa presiden zimbabwe saat ini atau kapan swedia merdeka. Saya juga bukan orang yang tau segala hal tentang ilmu Allah s.w.t., saya belum hapal juz amma di luar kepala, begitu juga hukum2 waris dalam Islam.
Tapi saya berjanji saya akan menjadi orang yang selalu berusaha lebih baik. Saya akan selalu berusaha belajar tentang segala hal. Saya akan selalu berusaha menambah ilmu saya. lalu membaginya dengan Tya, agar kami bisa sama2 maju beriringan. Saya juga akan selalu berusaha untuk slalu mendekat dengan-Nya, dan saya akan mengajak Tya bersama saya.
Oom dan Tante,
Saya tau saya berjarak 900 km dari Tya. Saya mungkin tidak bisa ada kalau tiba2 Tya butuh diantar ke dokter. Saya mungkin tidak bisa seketika ada, jika Tya butuh diantar pulang dari kampus malam2. Saya juga tidak bsia menemani Tya belajar malam2 di kostnya.
Tapi saya berjanji untuk tidak membuat 900km ini lebih dari semestinya. Saya berjanji untuk membuat 900 km ini, tidak lebih dari dinding2 kamar rumah Oom dan Tante. Saya berjanji sebisa mungkin ada untuk Tya, berwujud nyata sekalipun selama saya bisa.
Oom dan Tante,
Saya tau saya bukan yang terbaik. Tapi saya akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk Tya. Kalau perasaan saya yang ditanya, saya rasa oom dan tante tau perasaan ini. Perasaan yang dulu oom punya untuk tante, dan tante punya untuk oom. Kalau ditanya kenapa? saya tidak akan tau bagaimana menjawabnya. Buat saya, Tya satu bentuk sempurna. Saya bisa terima apa adanya. Saya akan mengajaknya menjadi lebih baik, tapi saya selalu terima Tya apa adanya.
Oom dan Tante,
Saat ini saya cuma bisa meawarkan janji saya jika Oom dan Tante memberi saya kesempatan. Saya berjanji saya akan memutar semesta saya dengan Tya sebagai pusatnya.
Hormat saya buat Oom dan Tante
Oom dan Tante,
Saya Bimo. Iya, yang suka menelpon handphone ke Tya malem2. Iya, saya yang satu2nya pernah menelpon ke rumah sejak Tya kuliah. Iya, saya yang sekolah di Singapore, kawan Hanif dan Ivan. Iya, saya yang beberapa fotonya ada di laptop Tya.
Oom dan Tante,
Saya tahu kalau dari segi "fisik" pastinya saya bukan yang terbaik dari semua yang pernah mendekati Tya. Saya tidak tinggi, tidak putih dan tidak berkacamata. Saya tidak pernah dikenal di lingkungan saya karena rupa saya. Saya tidak tahu berapa banyak dari orang yang pernah dekat dengan saya memilih dekat karena rupa saya. Mungkin tidak ada.
Tapi saya berjanji, saya akan menyayangi Tya. Sama saya, Tya tidak perlu khawatir tidak akan dihargai, Tya tidak perlu khawatir untuk dikhianati, Tya tidak perlu khawatir akan disakiti. Saya akan menyayangi Tya, sekalipun Tya menyakiti saya. Buat saya, menyayangi itu ibadah. Buat saya, membuat orang lain bahagia itu salah satu tujuan kita diciptakan di dunia.
Oom dan Tante,
Saya tahu kalau dari segi "materi" pastinya saya juga bukan yang terbaik dari semua yang pernah mencoba dekat dengan Tya. Saya dibesarkan di keluarga yang berkecukupan kalau tidak mau dibilang kurang. Tapi dibalik itu semua, ayah dan ibu saya memberikan hal lain yang lebih berharga. Ayah saya mengajarkan saya disiplin. Ayah saya mengajarkan saya mencintai belajar. Ayah saya mengajarkan saya memperlakukan wanita. Ibu saya? Ibu saya Tuhan saya di dunia ini. Karena ibu saya yang memberi sejuta kasih sayang yang membuat saya mampu bertahan gemblengan ayah yang keras dalam rangka menjadi seorang manusia yang bisa membanggakan. Saya juga belum punya apa2. Saya baru akan mengumpulkan rupiah saya yang pertama. Butuh waktu sampai saya punya sesuatu yang bisa saya banggakan.
Tapi saya janji, saya mau berusaha keras, membanting tulang dan menguras energi saya jika oom dan tante mengijinkan saya untuk menjaga Tya. Saya akan berusaha mencukupinya, seperti oom dan tante mencoba mencukupi dan menjaga dia.
Oom dan Tante,
Saya juga bukan yang paling "pandai" yang pernah mencoba mendekati Tya. Saya tidak lulus dengan predikat first class honour. Saya tidak lulus dengan predikat terbaik ketika sma. Saya juga bukan orang yang tau semua hal. Saya bukan orang yang tau siapa presiden zimbabwe saat ini atau kapan swedia merdeka. Saya juga bukan orang yang tau segala hal tentang ilmu Allah s.w.t., saya belum hapal juz amma di luar kepala, begitu juga hukum2 waris dalam Islam.
Tapi saya berjanji saya akan menjadi orang yang selalu berusaha lebih baik. Saya akan selalu berusaha belajar tentang segala hal. Saya akan selalu berusaha menambah ilmu saya. lalu membaginya dengan Tya, agar kami bisa sama2 maju beriringan. Saya juga akan selalu berusaha untuk slalu mendekat dengan-Nya, dan saya akan mengajak Tya bersama saya.
Oom dan Tante,
Saya tau saya berjarak 900 km dari Tya. Saya mungkin tidak bisa ada kalau tiba2 Tya butuh diantar ke dokter. Saya mungkin tidak bisa seketika ada, jika Tya butuh diantar pulang dari kampus malam2. Saya juga tidak bsia menemani Tya belajar malam2 di kostnya.
Tapi saya berjanji untuk tidak membuat 900km ini lebih dari semestinya. Saya berjanji untuk membuat 900 km ini, tidak lebih dari dinding2 kamar rumah Oom dan Tante. Saya berjanji sebisa mungkin ada untuk Tya, berwujud nyata sekalipun selama saya bisa.
Oom dan Tante,
Saya tau saya bukan yang terbaik. Tapi saya akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk Tya. Kalau perasaan saya yang ditanya, saya rasa oom dan tante tau perasaan ini. Perasaan yang dulu oom punya untuk tante, dan tante punya untuk oom. Kalau ditanya kenapa? saya tidak akan tau bagaimana menjawabnya. Buat saya, Tya satu bentuk sempurna. Saya bisa terima apa adanya. Saya akan mengajaknya menjadi lebih baik, tapi saya selalu terima Tya apa adanya.
Oom dan Tante,
Saat ini saya cuma bisa meawarkan janji saya jika Oom dan Tante memberi saya kesempatan. Saya berjanji saya akan memutar semesta saya dengan Tya sebagai pusatnya.
Hormat saya buat Oom dan Tante